LP
CONGESTIF HEARTH FAILURE
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Latar Belakang
Gagal
jantung adalah komplikasi yang paling sering dari segala jenis penyakit jantung
kongestif maupun didapat. Mekanisme fisiologis yang menyebabkan gagal jantung
mencakup keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal, beban akhir atau
menurunkan kontraktilitas miokardium. Keadaan-keadaan yang meningkatkan beban
awal meliputi : regurgitasi aorta dan cacat septum ventrikel. Dan beban akhir
meningkat pada keadaan dimana terjadi stenosis aorta dan hipertensi sistemik.
Kontraktilitas miokardium dapat menurun pada infark miokardium dan
kardiomiopati.
Faktor-faktor
yang dapat memicu perkembangan gagal jantung melalui penekanana sirkulasi yang
mendadak dapat berupa : aritmia, infeksi sistemik dan infeksi paru-paru dan
emboli paru-paru. Penanganan yang efektif terhadap gagal jantung membutuhkan
pengenalan dan penanganan tidak saja terhadap mekanisme fisiologis dan penyakit
yang mendasarinya, tetapi juga terhadap faktor-faktor yang memicu terjadinya
gagal jantung.
Tujuan
Setelah
melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan gagal jantung, diharapkan
mahasisiwa mampu:
1. Mengaplikasikan
ilmu yang sudah didapat secara nyata dalam memberikan asuhan keperawatan dengan
gagal jantung secara komprehensif.
2. Mampu
melaksanakan pengkajian menyeluruh pada pasien dengan gagal jantung.
3. Mampu
menganalisa dan menentukan masalah keperawatan pada pasien gagal jantung.
4. Mampu
melakukan intervensi dan implementasi untuk mengatasi masalah keperawatan yang
timbul pada pasien gagal jantung.
5. Mampu
mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan pada pasien dengan
gagal jantung.
CONGESTIF HEARTH FAILURE
A. TINJAUAN TEORI
1.
Pengertian
a. Gagal
jantung adalah sindroma klinik ( kumpulan gejala ) yang disebabkan oleh ketidak
mampuan jantung sebagai pompa untuk memenuhi kebutuhan aktifitas tubuh.
b. Gagal
jantung adalah suatu keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung
sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
jaringan dan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume
diastolik secara abnormal.
c. Gagal
jantung disebut juga gagal jantung kongestif yaitu ketidakmampuan jantung untuk
memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan
nutrisi. Isitilah gagal jantung kongestif paling sering digunakan kalau terjadi
gagal jantung sisi kiri dan sisi kanan.
d. Gagal
Jantung adalah suatu keadaan yang serius, dimana jumlah darah yang dipompa oleh
jantung setiap menitnya (cardiac output, curah jantung) tidak mampu memenuhi
kebutuhan normal tubuh akan oksigen dan zat-zat makanan.
e. Gagal
jantung kongestif di definisikan sebagai keadaan patologis dimana jantung tidak
mampu memompa darah cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.(oesman:1996)
f. Gagal
jantung kongestif merupakan suatu sindrom klinis yang ditandai dengan adanya
abnormalitas fungsi ventrikel dan kelainan regulasi neurohormonal disertai
dengan intoleran kerja fisis, retensi cairan dan memendeknya umur harapan
hidup.
2.
Klasifikasi
(kabo:96)
a. Kelas
I : bila pasien dapat melakukan aktifitas berat tanpa keluhan
b. Kelas
II : bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas lebih berat atau aktifitas
sehari-hari
c. Kelas
III : bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas sehari-hari tanpa
keluhan
keluhan
d. Kelas
IV : bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktifitas apapun dan harus
tirah baring.
3.
Etiologi
Setiap penyakit yang mempengaruhi jantung dan sirkulasi
darah dapat menyebabkan gagal jantung. Beberapa penyakit dapat mengenai otot
jantung dan mempengaruhi kemampuannya untuk berkontraksi dan memompa darah.
Penyebab paling sering adalah penyakit arteri koroner, yang menyebabkan berkurangnya aliran darah ke otot jantung dan bisa menyebabkan suatu serangan jantung. Kerusakan otot jantung bisa disebabkan oleh:
Penyebab paling sering adalah penyakit arteri koroner, yang menyebabkan berkurangnya aliran darah ke otot jantung dan bisa menyebabkan suatu serangan jantung. Kerusakan otot jantung bisa disebabkan oleh:
a. Miokarditis
(infeksi otot jantung karena bakteri, virus atau mikroorganisme lainnya)
b. Diabetes
c. Kelenjar
tiroid yang terlalu aktif
d. Kegemukan
(obesitas).
Penyakit katup jantung bisa menyumbat
aliran darah diantara ruang-ruang jantung atau diantara jantung dan arteri
utama. Selain itu, kebocoran katup jantung bisa menyebabkan darah mengalir
balik ke tempat asalnya. Keadaan ini akan meningkatkan beban kerja otot
jantung, yang pada akhirnya bisa melemahkan kekuatan kontraksi jantung.Penyakit
lainnya secara primer menyerang sistem konduksi listrik jantung dan menyebabkan
denyut jantung yang lambat, cepat atau tidak teratur, sehingga tidak mampu
memompa darah secara efektif. Jika jantung harus bekerja ekstra keras untuk
jangka waktu yang lama, maka otot-ototnya akan membesar; sama halnya dengan yang
terjadi pada otot lengan setelah beberapa bulan melakukan latihan beban. Pada
awalnya, pembesaran ini memungkinkan jantung untuk berkontraksi lebih kuat;
tetapi akhirnya jantung yang membesar bisa menyebabkan berkurangnya kemampuan
memompa jantung dan terjadilah gagal jantung.
Tekanan darah tinggi (hipertensi) bisa menyebabkan jantung bekerja lebih berat. Jantung juga bekerja lebih berat jika harus mendorong darah melalui jalan keluar yang menyempit (biasanya penyempitan katup aorta).
Tekanan darah tinggi (hipertensi) bisa menyebabkan jantung bekerja lebih berat. Jantung juga bekerja lebih berat jika harus mendorong darah melalui jalan keluar yang menyempit (biasanya penyempitan katup aorta).
Penyebab yang lain adalah kekakuan pada
perikardium (lapisan tipis dan transparan yang menutupi jantung).Kekakuan ini
menghalangi pengembangan jantung yang maksimal sehingga pengisian jantung juga
menjadi tidak maksimal.Penyebab lain yang lebih jarang adalah penyakit pada bagian
tubuh yang lain, yang menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan oksigen dan
zat-zat makanan, sehingga jatnung yang normalpun tidak mampu memenuhi
peningkatan kebutuhan tersebut dan terjadilah gagal jantung.Penyebab gagal
jantung bervariasi di seluruh dunia karena penyakit yang terjadipun tidak sama
di setiap negara. Misalnya di negara tropis sejenis parasit tertentu bisa
bersemayam di otot jantung dan menyebabkan gagal jantung pada usia yang jauh
lebih muda.
4.
Faktor
Predisposisi / Faktor Pencetus
Faktor predisposisi gagal jantung
kongestif adalah penyakit yang menimbulkan penurunan fungsi ventrikel dan
keadaan yang membatasi pengisian ventrikel.(isselbatcher:2000)
Penyakit yang menimbulkan penurunan
fungsi ventrikel yaitu:
a. Penyakit
arteri koroner.
b. Hipertensi
c. Kardiomiopati
d. Penyakit
pembuluh darah atau penyakit jamtung kongenital
Keadaan yang membatasi pengisian ventrikel yaitu:
Keadaan yang membatasi pengisian ventrikel yaitu:
Stenosis mitral
Kardiomiopati atau penyakit
perikardial.Faktor pencetus termasuk meningkatnya asupan garam, ketidakpatuhan
menjalani pengobatan anti gagal jantung, infark miokard akut (mungkin yang
tersembunyi), serangan hipertensi, aritmia akut, infeksi atau demam, emboli
paru, anemia, tirotoksikosis, kehamilan dan endokarditis infektif.
5.
Manifestasi
Klinik (iseebacher:2000)
a. Peningkatan
volume intravaskular (gambaran dominan)
b. kongesti
jaringan
c. peningkatan
desakan vena pulmonal (edema pulmonal) ditandai oleh batuk dan sesak nafas.
d. peningkatan
desakan vena sistemik seperti yang terlihat pada edema perifer umum dan
penambahan berat badan.
e. penurunan
curah jantung dengan disertai pening, kekacauan mental, keletihan, intoleransi
jantung terhadap latihan, ekstremitas dingin dan oliguria.
Kriteria mayor gagal jantung:
a. dipsnea
noktural paroksismal atau orthopnea
b. peningkatan
tekanan vena jugularis
c. ronkhi
basah dan nyaring
d. kardiomegali
e. edema
paru akut
f. irama
S3
g. peningkatan
tekanan vena
h. refluk
hepatojugular
Kriteria minor:
a. edema
pergelangan kaki
b. batuk
malam hari
c. dipsnea
de’effort
d. hepatomegali
e. effuse
pleura
f. takikardia
6.
Patofisiologi
Gagal jantung terjadi maka tubuh
mengalami beberapa adaptasi baik pada jantung dan secara sistemik. Jika stroke
volume kedua ventrikel berkurang oleh karena penekanan kontraktilitas atau
afterload yang sangat meningkat, maka volume dan tekanan pada akhir diastolik
dalam kedua ruang jantung akan meningkat. Ini akan meningkatkan panjang serabut
miokardium akhir diastolik, menimbulkan waktu sistolik menjadi singkat. Jika
kondisi ini berlangsung lama, terjadi dilatasi ventrikel . Cardiac output pada
saat istirahat masih bisa baik tapi, tapi peningkatan tekanan diastolik yang
berlangsung lama /kronik akan dijalarkan ke kedua atrium dan sirkulasi pulmoner
dan sirkulasi sitemik. Akhirnya tekanan kapiler akan meningkat yang akan
menyebabkan transudasi cairan dan timbul edema paru atau edema
sistemik.penurunan cardiac output, terutama jika berkaitan dengan penurunan
tekanan arterial atau penurunan perfusi ginjal, akan mengaktivasi beberapa
sistem saraf dan humoral. Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis akan
memacu kontraksi miokardium, frekuensi denyut jantung dan vena ; perubahan yang
terkhir ini akan meningkatkan volume darah sentral.yang selanjutnya
meningkatkan preload. Meskipun adaptasi – adaptasi ini dirancang untuk
meningkatkan cardiac output, adaptasi itu sendiri dapat mengganggu tubuh. Oleh
karena itu , takikardi dan peningkatan kontraktilitas miokardium dapat memacu
terjadinya iskemia pada pasien – pasien dengan penyakit arteri koroner
sebelumnya dan peningkatan preload dapat memperburuk kongesti pulmoner. Aktivasi
sitem saraf simpatis juga akan meningkatkan resistensi perifer ;adaptasi ini
dirancang untuk mempertahankan perfusi ke organ – organ vital, tetapi jika
aktivasi ini sangat meningkatmalah akan menurunkan aliran ke ginjal dan
jaringan. Resitensi vaskuler perifer dapat juga merupakan determinan utama
afterload ventrikel, sehingga aktivitas simpatis berlebihan dapat meningkatkan
fungsi jantung itu sendiri. Salah satu efek penting penurunan cardiac output
adalah penurunan aliran darah ginjal dan penurunan kecepatan filtrasi
glomerolus, yang akan menimbulkan retensi sodium dan cairan. Sitem rennin –
angiotensin - aldosteron juga akan teraktivasi, menimbulkan peningkatan
resitensi vaskuler perifer selanjutnta dan penigkatan afterload ventrikel kiri
sebagaimana retensi sodium dan cairan. Gagal jantung berhubungan dengan
peningkatan kadar arginin vasopresin dalam sirkulasi yang meningkat, yang juga
bersifat vasokontriktor dan penghambat ekskresi cairan. Pada gagal jantung
terjadi peningkatan peptida natriuretik atrial akibat peningkatan tekanan
atrium, yang menunjukan bahwa disini terjadi resistensi terhadap efek
natriuretik dan vasodilator.
Gagal jantung
bukanlah suatu keadaan klinis yang hanya melibatkan satu sistem tubuh melainkan
suatu sindroma klinik akibat kelainan jantung sehingga jantung tidak mampu
memompa memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Gagal jantung ditandai dengan
dengan satu respon hemodinamik, ginjal, syaraf dan hormonal yang nyata serta
suatu keadaan patologik berupa penurunan fungsi jantung. Respon terhadap
jantung menimbulkan beberapa mekanisme kompensasi yang bertujuan untuk
meningkatkan volume darah, volume ruang jantung, tahanan pembuluh darah perifer
dan hipertropi otot jantung. Kondisi ini juga menyebabkan aktivasi dari
mekanisme kompensasi tubuh yang akut berupa penimbunan air dan garam oleh
ginjal dan aktivasi system saraf adrenergik.
Mekanisme yang mendasari gagal jantung kongestif meliputi gangguan kemampuan kontraktilitas jantung, yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari curah jantung normal. Konsep curah jantung paling baik dijelaskan dengan persamaan CO = HR x SV dimana curah jantung (CO: Cardiac Output) adalah fungsi frekuensi jantung (HR: Heart Rate) x Volume sekuncup (SV: Stroke Volume). Pada awal gagal jantung, akibat CO yang rendah, di dalam tubuh terjadi peningkatan aktivitas saraf simpatis dan sistem renin angiotensin aldosteron, serta pelepasan arginin vasopressin yang kesemuanya merupakan mekanisme kompensasi untuk mempertahankan tekanan darah yang adekuat.
Mekanisme yang mendasari gagal jantung kongestif meliputi gangguan kemampuan kontraktilitas jantung, yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari curah jantung normal. Konsep curah jantung paling baik dijelaskan dengan persamaan CO = HR x SV dimana curah jantung (CO: Cardiac Output) adalah fungsi frekuensi jantung (HR: Heart Rate) x Volume sekuncup (SV: Stroke Volume). Pada awal gagal jantung, akibat CO yang rendah, di dalam tubuh terjadi peningkatan aktivitas saraf simpatis dan sistem renin angiotensin aldosteron, serta pelepasan arginin vasopressin yang kesemuanya merupakan mekanisme kompensasi untuk mempertahankan tekanan darah yang adekuat.
Frekuensi jantung
adalah fungsi sistem saraf otonom, bila curah jantung berkurang, sistem saraf
simpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk mempertahankan curah jantung.
Bila mekanisme kompensasi ini gagal untuk mempertahankan perfusi jaringan yang
memadai, maka volume sekuncup jantunglah yang harus menyesuaikan diri untuk
mempertahankan curah jantung.Tetapi pada gagal jantung kongestif dengan masalah
utama kerusakan dan kekakuan serabut otot jantung, volume sekuncup berkurang
dan curah jantung normal masih dipertahankan. Volume sekuncup adalah jumlah
darah yang di pompa pada setiap kontraksi tergantung pada tiga faktor yaitu;
preload, kontraktilitas, dan afterload.
a. Preload
adalah sinonim dengan hukum starling pada jantung yang menyatakan bahwa jumlah
darah yang mengisi jantung berbanding langsung dengan tekanan yang ditimbulkan
oleh panjangnya regangan serabut jantung
b. Kontraktilitas
mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi pada tingkat sel dan
berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan kadar kalsium.
c. Afterload
mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompa
darah melawan perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan arteriole. Dalam
hubungan ini, penting dibedakan antara kemampuan jantung untuk memompa (pump
function) dengan kontraktilias otot jantung (myocardial function). Pada
beberapa keadaan ditemukan beban berlebihan sehingga timbul gagal jantung
sebagai pompa tanpa terdapat depresi pada otot jantung intrinsik. Sebaliknya
dapat pula terjadi depresi otot jantung intrinsik tetapi secara klinis tidak
tampak tanda-tanda gagal jantung karena beban jantung yang ringan.
Pada gagal jantung kongestif
jika satu atau lebih dari ketiga faktor tersebut terganggu, hasilnya curah
jantung berkurang. Kemudahan dalam menentukan pengukuran hemodinamika melalui
prosedur pemantauan invasif telah mempermudah diagnosa gagal jantung kongestif
dan mempermudah penerapan terapi farmakologis yang efektif.
Kegagalan
jantung dapat dinyatakan kegagalan sisi kiri jantung atau kegagalan sisi kanan
jantung, kegagalan pada salah satu jantung berlanjut dengan kegagalan sisi
lain. Kegagalan jantung kiri lebih kecil dibandingkan dengan volume yang
diterima di sisi kanan jantung. Peningkatan tekanan pengisian pulmonal yang
menyebabkan transudasi cairan kedalam jaringan intersel paru-paru dan
menyebabkan edema pulmonal.
Respon-respon
kompensasi terhadap output kardiak yang tidak adekuat memicu beberapa respon
kompensasi yang berusaha untuk mempertahankan perfusi organ-organ tubuh yang
vital.
Patofisiologi
gagal jantung kongestif lebih menekankan pada dua komponen penting yang
berperan. Abnormalitas miokard primer yang menimbulkan disfungsi daya pompa
jantung. Gagal jantung kongestif akibat disfungsi jantung yang primer sebagai
respon dari bermacam-macam beban kerja yang berlebihan (overload). Apabila
overload ini disebabkan oleh hipertensi atau tekanan diastolik yang meninggi,
akan terjadi hipertrofi sel-sel otot jantung (miosit) yang berusaha untuk
menormalkan beban pada sel otot tersebut. Overload ini juga terjadi akibat
hilangnya sebagian jaringan miokard yang menyebabkan sisa miokard yang tinggal
untuk bekerja secara berlebihan. Hilangnya sebagian miokard ini bisa segmental
(misal; pada infark jantung), atau fokal dan difus (misal; pada beberapa jenis
kardiomiopati). Pada keadaan ini pun bisa terjadi hipertrofi sel-sel miosit.
7.
Tanda
Dan Gejala
a. Sesak
nafas dan fatique (saat istirahat atau saat aktifitas) yang disebabkan oleh
kelainan struktur atau fungsi jantung.
b. Abnormalitas
fungsi ventrikel dan kelainan regulasi neurohormonal disertai dengan intolerans
kerja fisis
c. Retensi
cairan dan memendeknya umur harapan hidup.
Tanda utama pemeriksaan badan :
a. Pembuluh
balik ( vena) di leher tekanannya meningkat
b. Ronki
basah halus di kedua basal paru
c. Irama
derap dari suara jantung Hati agak membesar, rasa begah seperti sakit maag.
Penderita gagal jantung yang tidak
terkompensasi akan merasakan lelah dan lemah jika melakukan aktivitas fisik
karena otot-ototnya tidak mendapatkan jumlah darah yang cukup.Pembengkakan juga
menyebabkan berbagai gejala. Selain dipengaruhi oleh gaya gravitasi, lokasi dan
efek pembengkakan juga dipengaruhi oleh sisi jantung yang mengalami gangguan.
Gagal
jantung kanan cenderung mengakibatkan pengumpulan darah yang mengalir ke bagian
kanan jantung. Hal ini menyebabkan pembengkakan di kaki, pergelangan kaki,
tungkai, hati dan perut.
Gagal
jantung kiri menyebabkan pengumpulan cairan di dalam paru-paru (edema
pulmoner), yang menyebabkan sesak nafas yang hebat. Pada awalnya sesak nafas
hanya terjadi pada saat melakukan aktivitas; tetapi sejalan dengan memburuknya
penyakit, sesak nafas juga akan timbul pada saat penderita tidak melakukan
aktivitas. Kadang sesak nafas terjadi pada malam hari ketika penderita sedang
berbaring, karena cairan bergerak ke dalam paru-paru.
Penderita
sering terbangun dan bangkit untuk menarik nafas atau mengeluarkan bunyi mengi.
Duduk menyebabkan cairan mengalir dari paru-paru sehingga penderita lebih mudah
bernafas. Untuk menghindari hal tersebut, sebaiknya penderita gagal jantung
tidur dengan posisi setengah duduk.
Pengumpulan
cairan dalam paru-paru yang berat (edema pulmoner akut) merupakan suatu keadaan
darurat yang memerlukan pertolongan segera dan bisa berakibat fatal.Gejala
utama:
a. Cepat
lelah
b. Sesak
nafas saat aktifitas
c. Sesak
lebih berat di malam hari
d. Tidur
lebih enak dengan bantal tinggi atau setengah duduk
e. Bengkak
kaki di pergelangan dekat mata kaki
8.
Pemeriksaan
Penunjang
Pemeriksaan
foto toraks dapat mengarah ke kardiomegali, corakan vaskular paru menggambarkan
kranialisasi, garis Kerley A/B, infiltrat prekordial kedua paru dan efusi
pleura. Fungsi elektrokardiografi (EKG) untuk melihat penyakit yang mendasari
seperti infark miokard dan aritmia.Hitung darah dapat menunjukan anemia ,
merupakan suatu penyebab gagal jantung output tinggi dan sebagai faktor
eksaserbasi untuk bentuk disfunsi jantung lainnya. Pemeriksaan biokimia untuk
menunjukan insufiensi ginjal. Tes fungsi ginjal untuk menentukan apakah gagal
jantung ini berkaitan dengan azotemia prerenal. Pemeriksaan elektrolit untuk
mengungkap aktivitas neuroendokrin. Fungsi tiroid pada pasien usia lanjut harus
dinilai untuk mendeteksi tirotoksikosis atau mieksedema tersembunyi. Angiografi
radionuklir mengukur fraksi ejeksi ventrikel kiri dan memungkinkan analisis
gerakan dinding regional. Kateterisasi jantung untuk menentukan penyakit arteri
koroner sekaligus luas yang terkena.
9.
Penatalaksanaan
Tujuan
dasar penatalaksanaan pasien dengan gagal jantung kongestif adalah sebagai
berikut:
a. Dukung
istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung
b. Meningkatkan
kekuatan dan efisiensi kontraksi jantung dengan bahan-bahan farmakologis
c. Menghilangkan
penimbunan cairan tubuh berlebihan dengan terapi diuretik diet dan istirahat.
Sedangkan
penatalaksanaan yang lainnya yaitu:
a. Meningkatkan
oksigenasi dengan pemberian oksigen dan menurunkan konsumsi oksigen melalui
istirahat/pembatasan aktivitas.
b. Memperbaiki
kontraktilitas otot jantung dengan:
1) Dosis
digitalis
a) Digoksin
oral untuk digitalisasi cepat 0,5 – 2 mg dalam 4-6 dosis selama 24 jam dan
dilanjutkan 2x0,5 mg selama 2-4 hari
b) Digoksin
iv 0,75 – 1 mg dalam 4 dosis selama 24 jam
c) Cedilanid
iv 1,2 – 1,6 mg dalam 24 jam
2)Dosis
penunjang untuk gagal jantung: Digoksin 0,25 mg sehari. Untuk pasien usia
lanjut dan gagal ginjal dosis disesuaikan.
3)Dosis
penunjang digoksin untuk fibrilasi atrium 0,25 mg
4)Digitalis
cepat diberikan untuk mengatasi edema pulmonal akut yang berat.
a. Digoksin
1 – 1,5 mg iv perlahan-lahan
b. Cedianid
0,4 – 0,8 mg iv perlahan-lahan
c. Menurunkan
beban kerja jantung
Menurunkan
beban awal dengan diet rendah garam, diuretik dan vasodilator.
a. Diet
rendah garam
b. Diuretik
Yang digunakan Furosemid 40-80 mg, dosis penunjang rata-rata 20 mg. Efek samping berupa hipokalemia dapat diatasi dengan suplai garam kalium atau diganti dengan Spironolakton. Diuretik lain yang dapat digunakan antara lain; Hidroklorotiazid, klortalidon, triamteren, amilorid dan asam etakrinat.
Yang digunakan Furosemid 40-80 mg, dosis penunjang rata-rata 20 mg. Efek samping berupa hipokalemia dapat diatasi dengan suplai garam kalium atau diganti dengan Spironolakton. Diuretik lain yang dapat digunakan antara lain; Hidroklorotiazid, klortalidon, triamteren, amilorid dan asam etakrinat.
Dampak
diuretik yang mengurangi beban awal tidak mengurangi curah jantung atau
kelangsungan hidup, tapi merupakan pengobatan garis pertama karena mengurangi
gejala dan perawatan di rumah sakit. Penggunaan penghambat ACE bersama diuretik
hemat kalium maupun suplemen kalium harus berhati-hati karena memungkinkan
timbulnya hiperkalemia.
c. Vasodilator
1) Nitrogliserin
0,4 - 0,6 mg sublingual atau 0,2 – 2 µg/kg BB menit iv
2) Nitroprusid
0,5 – 1 µg/kg BB/menit iv
3) Prazosin
per oral 2 – 5 mg
4) Penghambat
ACE; Kaptopril 2 x 6,25mg
5) Dosis
ISDN adalah 10-40 mg peroral atau 5 – 15 mg sublingual tiap 4-6 jam.
Menurunkan
beban akhir dengan dilator arteriol
10. Komplikasi
a. Syok
kardiogenik
b. Episode
tromboemboli
c. Efusi
dan tamponade perikardium
d. Asites
e. Dekompresi
jantung berat
f. Trombosis
vena profunda
g. Kongesti
gastrointestinal→ mal absorpsi, gagal hati, edema paru akut dan gagal ginjal.
11.Pathway
Disfungsi
miokard Sistolik&diastole overload
Demand overload
Disfungsi daya pompa
jantung Hambatan input
Sirkulasi volume darah meningkat Disfungsi jantung berkurang
Kekuatan kontraksi meningkat hipertensi, peningkatan tekanan
diastolik
Hipertrofi miosit
Cardiac output menurun Tekanan pengisian pulmonal meningkat
Suplai oksigen tdk adekuat Transsudasi cairan ke intersel paru
Adekuatnya aliran ke jantung Edema pulmonal
Takhikardi Retensi Na dan Retensi H2O
Beban kerja jantung meningkat
Sirkulasi volume darah meningkat Disfungsi jantung berkurang
Kekuatan kontraksi meningkat hipertensi, peningkatan tekanan
diastolik
Hipertrofi miosit
Cardiac output menurun Tekanan pengisian pulmonal meningkat
Suplai oksigen tdk adekuat Transsudasi cairan ke intersel paru
Adekuatnya aliran ke jantung Edema pulmonal
Takhikardi Retensi Na dan Retensi H2O
Beban kerja jantung meningkat
|
12. Pengkajian
Fokus
pengkajian keperawatan untuk pasien gagal jantung kongestif ditujukan untuk
mengobservasi adanya tanda-tanda dan gejala kelebihan cairan paru dan tanda
serta gejala sistemis. Semua tanda yang mengarah kesana harus dicatat dan
dilaporkan.
Pernapasan
Pernapasan
a. Paru
harus di auskultasi dengan interval sesering mungkin untuk menentukan ada atau
tidak adanya krekel dan wheezing. Krekel terjadi oleh gerakan udara melalui
cairan dan menunjukkan terjadinya kongesti paru. Frekuensi dan dalamnya
pernapasan juga harus dicatat.
b. Jantung
Jantung di auskultasi mengenai adanya bunyi jantung Sз dan S4. adanya tanda tersebut berarti bahwa pompa mulai mengalami kegagalan, dan pada setiap denyutan darah yang tersisa didalam ventrikel makin banyak. Frekuensi dan irama juga harus dicatat, frekuensi yang terlalu cepat menunjukkan bahwa ventrikel memerlukan waktu yang lebih banyak untuk pengisian serta terdapat stagnasi darah yang terjadi di atrium dan pada akhirnya juga di paru.
Jantung di auskultasi mengenai adanya bunyi jantung Sз dan S4. adanya tanda tersebut berarti bahwa pompa mulai mengalami kegagalan, dan pada setiap denyutan darah yang tersisa didalam ventrikel makin banyak. Frekuensi dan irama juga harus dicatat, frekuensi yang terlalu cepat menunjukkan bahwa ventrikel memerlukan waktu yang lebih banyak untuk pengisian serta terdapat stagnasi darah yang terjadi di atrium dan pada akhirnya juga di paru.
c. Penginderaan/tingkat
kesadaran
Bila
volume darah dan cairan dalam pembuluh darah meningkat, maka darah yang beredar
menjadi lebih encer dan kapasitas transport oksigen menjadi berkurang. Otak
tidak dapat bertoleransi terhadap kekurangan oksigen dan pasien mengalami
konfusi.
d. Perifer
Bagian bawah tubuh pasien harus di kaji akan adanya edema. Bila pasien duduk tegak, maka yang diperiksa adalah kaki dan tungkai bawah, bila pasien berbaring terlentang yang dikaji adalah sakrum dan punggung untuk melihat adanya edema. Jari dan tangan kadang juga bisa mengalami edema. Pada kasus khusus gagal jantung, pasien dapat mengalami edema periorbital dimana kelopak mata tertutup karena bengkak.
Bagian bawah tubuh pasien harus di kaji akan adanya edema. Bila pasien duduk tegak, maka yang diperiksa adalah kaki dan tungkai bawah, bila pasien berbaring terlentang yang dikaji adalah sakrum dan punggung untuk melihat adanya edema. Jari dan tangan kadang juga bisa mengalami edema. Pada kasus khusus gagal jantung, pasien dapat mengalami edema periorbital dimana kelopak mata tertutup karena bengkak.
e. Hati
Hati juga diperiksa akan adanya hepatojugular refluks (HJR). Pasien diminta bernapas secara normal pada saat dilakukan penekanan pada hati selama 30 – 60 detik. Bila distensi vena leher meningkat lebih dari 1 cm maka tes ini positif menunjukkan adanya peningkatan tekanan vena.
Hati juga diperiksa akan adanya hepatojugular refluks (HJR). Pasien diminta bernapas secara normal pada saat dilakukan penekanan pada hati selama 30 – 60 detik. Bila distensi vena leher meningkat lebih dari 1 cm maka tes ini positif menunjukkan adanya peningkatan tekanan vena.
f. Distensi
vena juguler
Distensi
vena juguler juga harus dikaji, ini dilakukan dengan mengangkat pasien dengan
sudut sampai 45°. Jarak antara sudut Louis dan tingginya distensi vena juguler
ditentukan. (Sudut Louis adalah hubungan antara korpus sternum dengan
manubrium). Jarak yang lebih dari 3 cm dikatakan tidak normal, ingat bahwa ini
hanya perkiraan dan bukan pengukuran
yang pasti.
g. Haluaran
urine
Pasien
bisa mengalami oliguria (berkurangnya haluaran urine kurang dari 100 dan 400
ml/24jam) atau anuria (haluaran urine kurang dari 100 ml/24 jam). Maka penting
sekali mengukur haluaran sesering mungkin untuk membuat dasar pengukuran
efektivitas diuretik. Masukkan dan haluaran harus dicatat denga baik dan pasien
ditimbang setiap hari, pada saat yang sama dan pada timbangan yang sama.
Diagnosis
, perencanaan dan intervensi
DIAGNOSIS
|
NOC
|
NIC
|
Penurunan kardiak
output b.d infark miokardium
|
Ø Klien
dapat memiliki pompa jantung efektif,
status
sirkulasi, perfusi jaringan & status tanda vital yang normal.
Kriteria Hasil:
Ø menunjukkan
kardiak output adekuat yang ditunjukkan dg TD, nadi, ritme normal, nadi
perifer kuat, melakukan aktivitas tanpa dipsnea dan nyeri
Ø bebas dari efek samping obat yang digunakan
|
1. evaluasi nadi
dan edema perifer
2. monitor kulit dan ekstrimitas 3. monitor tanda-tanda vital 4. 4.pindah posisi klien setiap 2 jam jika diperlukan 3. ajarkan ROM selama bedrest 4. monitor pemenuhan cairan |
2 .Intoleransi
aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai & kebutuhan O2
|
Kriteria Hasil:
|
1. Menentukan penyebab
intoleransi aktivitas&menentukan apakah penyebab dari fisik,
psikis/motivasi
2. Kaji kesesuaian aktivitas&istirahat klien sehari-hari 3. ↑ aktivitas secara bertahap, biarkan klien berpartisipasi dapat perubahan posisi, berpindah&perawatan diri 4. Pastikan klien mengubah posisi secara bertahap. Monitor gejala intoleransi aktivitas 5. Ketika membantu klien berdiri, observasi gejala intoleransi spt mual, pucat, pusing, gangguan kesadaran&tanda vital 6. Lakukan latihan ROM jika klien tidak dapat menoleransi aktivitas Menentukan penyebab dapat membantu menentukan intoleransi |
Pola nafas tidak
efektif b.d. kelemahan penyakit yang dirasakan
|
Setelah dilakukan
asuhan keperawatan selama 5x 24 jam, pola nafas pasien menjadi efektif.
Criteria hasil: • menunjukkan pola nafas yang efektif tanpa adanya sesak nafas |
1. monitor
rata-rata irama, kedalaman dan usaha untuk bernafas.
2. Catat gerakan dada, lihat kesimetrisan, penggunaan otot Bantu dan retraksi dinding dada. 3. Monitor suara nafas 4. Monitor kelemahan otot diafragma 5. Catat omset, karakteristik dan durasi batuk 6. Catat hail foto rontgen |
Kelebihan volume
cairan b.d. gangguan mekanisme regulasi
|
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 5 hari pasien mengalami keseimbangan cairan dan
elektrolit.
Kriteria hasil: 1Bebas dari edema, efusi 2 Suara paru bersih 3.pantau tanda vital dalam batas normal |
1. Monitor status
hidrasi kelembaban membran mukosa, nadi adekuaT
2. Monitor tnada vital 3. Monitor adanya indikasi overload/retraksi
4. Kaji daerah
edema jika ada
|
Kurang pengetahuan tentang penyakit dan
pengobatannya b.d. kurangnya sumber informasi
|
Pengetahuan tentang
penyakit, setelah diberikan penjelasan selama 2 x24 jam pasien mengerti
proses penyakitnya dan Program perawatan serta Therapi yg diberikan dg:
Indikator: Pasien mampu: Menjelaskan kembali tentang penyakit, Mengenal kebutuhan perawatan dan pengobatan tanpa cemas |
1. Kaji pengetahuan
klien tentang penyakitnya
2. Jelaskan tentang proses penyakit (tanda dan gejala), identifikasi kemungkinan penyebab. Jelaskan kondisi tentangklien 3. Jelaskan tentang program pengobatan dan alternatif pengobantan 4. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin digunakan untuk mencegah komplikasi 5. Diskusikan tentang terapi dan pilihannya 6. Eksplorasi kemungkinan sumber yang bisa digunakan/ mendukung 7. Instruksikan kapan harus ke pelayanan 8. Tanyakan kembali pengetahuan klien tentang penyakit, prosedur perawatan dan pengobatan |
MENGETAHUI
PARAF
CI
PARAF DOSEN PENILAI
DAFTAR
PUSTAKA
.
Bongard, Frederic, S. Sue, darryl. Y, 1994, Current Critical, Care Diagnosis and Treatment, first Edition, Paramount Publishing Bussiness and Group, Los Angeles
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.
Isselbacher, Braunwald, 2000, Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Edisi 3, EGC, Jakarta.
Kabo P, Karim S. 1996. Gagal Jantung Kongestif. Dalam : EKG dan penanggulangan beberapa penyakit jantung untuk dokter umum. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
McCloskey&Bulechek, 1996, Nursing Interventions Classifications, Second edisi, By Mosby-Year book.Inc,Newyork
NANDA, 2001-2002, Nursing Diagnosis: Definitions and classification, Philadelphia, USA
Oesman I.N, 1994. Gagal Jantung Dalam buku ajar kardiologi anak. Binarupa Aksara. Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner&Suddarth edisi 8. EGC. Jakarta.
University IOWA., NIC and NOC Project., 1991, Nursing outcome Classifications, Philadelphia,USA.
Wilkinson, Judith., 2007. Buku saku diagnosis keperawatan dengan intervensi NIC dan kriteria hasil NOC ;Alih bahasa Widyawati et.al. EGC . Jakarta.
Bongard, Frederic, S. Sue, darryl. Y, 1994, Current Critical, Care Diagnosis and Treatment, first Edition, Paramount Publishing Bussiness and Group, Los Angeles
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.
Isselbacher, Braunwald, 2000, Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Edisi 3, EGC, Jakarta.
Kabo P, Karim S. 1996. Gagal Jantung Kongestif. Dalam : EKG dan penanggulangan beberapa penyakit jantung untuk dokter umum. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
McCloskey&Bulechek, 1996, Nursing Interventions Classifications, Second edisi, By Mosby-Year book.Inc,Newyork
NANDA, 2001-2002, Nursing Diagnosis: Definitions and classification, Philadelphia, USA
Oesman I.N, 1994. Gagal Jantung Dalam buku ajar kardiologi anak. Binarupa Aksara. Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner&Suddarth edisi 8. EGC. Jakarta.
University IOWA., NIC and NOC Project., 1991, Nursing outcome Classifications, Philadelphia,USA.
Wilkinson, Judith., 2007. Buku saku diagnosis keperawatan dengan intervensi NIC dan kriteria hasil NOC ;Alih bahasa Widyawati et.al. EGC . Jakarta.
No comments:
Post a Comment